Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perkara Curhat

       Siapa sih manusia di dunia ini yang nggak suka curhat? Semua pasti pernah dan butuh curhat, karena ketika ada masalah, sejatinya manusia hanya butuh didengarkan. Ya, syukur-syukur kalau memang diberikan bonus solusinya juga.
Saya termasuk orang yang pada awalnya sangat ‘gila’ curhat, dari hal-hal sederhana dan sepele sampai masalah terberat yang pernah saya alami tak luput dari bahan curhatan saya, bahkan jaman jahiliyah dulu, saya menjadikan akun facebook saya sebagai ‘ladang curhat’ dari segala apapun. Mulai dari ketika saya sedang melakukan kegiatan apa, sedang di mana, sedang bersama siapa, ketika saya ada masalah dengan siapa, ketika saya sedang sedih karena hal apa, kadang saya suka share puisi-puisi galau saya, ya apapun, bahkan sampai hal-hal sepele seperti saya sedang menonton acara televisi apapun saya curhatin di media sosial.

Selain di status facebook, ladang yang saya senangi adalah di catatan facebook. Itu jadi semacam buku harian digital saya pada waktu itu. Karena saking terlalu introvert-nya saya, saya begitu menyenangi dunia maya dan pernah terjebak di sana (karena saya merasa dunia maya jauh lebih menyenangkan, karena saya bisa punya banyak teman dari berbagai tempat, dan bisa saling mengobrol) dan curhat di sana, karena saya merasa saya bisa mengeluarkan isi pikiran dan keluh-kesah yang tidak bisa secara gamblang saya utarakan dengan lisan, oleh karenanya saya mengeluarkannya lewat tulisan—lewat menulis. Sekedar ingin mencurahkan apa yang saya rasakan.
Yang paling parah yang pernah saya lakukan adalah saya pernah berantem dengan beberapa orang (dalam waktu yang berbeda) lewat perang status, tidak sedikit kata-kata makian kasar pun pernah saya lontarkan. Parahnya, hal tersebut malah nggak bikin keadaan jadi membaik, malahan lebih buruk, tapi syukurnya saya telah berdamai dengan mereka yang pernah perang status dengan saya di facebook. Pada akhirnya kami sama-sama sadar sendiri bahwa hal itu sungguh kekanak-kanakan, ya namanya juga masa-masa sedang labil ya, pikirannya tuh pendek. Emosi dikit juga, kayak yang murka banget. Hahahaha.

“Facebook: Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”
True or Not? Bagi saya, True!

Setiap orang pasti memiliki masa lalunya, dan setiap orang pasti berubah. Sejatinya terkadang saya tidak suka dengan yang namanya perubahan, tapi toh disadari atau tidak setiap orang pasti berubah termasuk saya, dan semoga perubahannya itu menuju ke arah yang postif.

Pada akhirnya saya memutuskan untuk berhenti mengotori facebook saya dengan curhatan-curhatan nggak penting. Ketika tanpa sengaja saya pernah baca tulisan entah di mana—mungkin di beranda facebook saya—saya juga lupa membaca punya siapa, pokoknya kalau nggak salah begini ya intinya,

“Tidak ada yang peduli akan masalahmu, kebanyakan dari mereka hanya melihat, dan sebagaian lagi menertawakan penderitaanmu.”

Saya menelaah dalam kalimat itu, tapi kalimat yang saya baca tidak sekejam itu ya. Hahaha. Sayangnya saya lupa gimana persisnya kalimat itu. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengurangi intensitas curhat itu dan lambat laun bahkan saya mulai malas sekedar membuat status di facebook. Kalaupun harus membuat, privasinya sekarang saya jadikan “only me”, jadi hanya saya aja yang bisa melihatnya. Dan biasanya, sesekali saya curhat di pm di BBM, atau status WhatsApp tapi saya samarkan dengan menerjemahkannya dulu ke bahasa korea! Bahahaha, thanks, kamus terjemahan.apk
Sekarang, saya melihat sudah banyak yang ‘move on’ dan tidak curhat yang menyedihkan lagi di facebooknya, walau masih ada beberapa.
 Saya mengalaminya sekarang, saya buka facebook sekedar ‘pelarian dari jenuhnya kehidupan nyata saya’ untuk mencari hiburan dan bacaan yang menyenangkan, bukan untuk melihat dan mendengarkan keluh-kesah orang lain. Dunia nyata aja serasa sudah ‘kejam’, lalu dunia maya pun tak kalah lebih kejamnya? Terus, saya harus ‘lari’ ke mana lagi untuk sekedar mencari hiburan.
Sekarang, saya memang menjadi seorang yang terlihat lebih misterius mungkin ya, hahahaha, karena dari situ saya merasa bahwa ketika saya masih sanggup untuk menahan masalah yang sedang saya hadapi, maka saya tidak akan curhat ke orang lain, paling ke mama yang sering, karena menyenangkan bertukar cerita dan pikiran dengan beliau. Satu-satunya orang yang saya rasa nggak pernah ngeluh ketika saya datang untuk berkeluh kesah ya, mama.
Seperti yang pernah saya katakan di awal postingan ini, saya yang pernah ‘gila’ curhat bikin saya jadi lupa diri. Saya selalu merasa butuh orang untuk mendengarkan, tapi lama-kelamaan ya, kasian juga kan. Karena seringnya yang saya curhatin ya masalah itu lagi, itu lagi. Sampailah saya di titik di mana saya merasa ‘kasihan juga mereka kalau terus-terus mendengar curhatan saya’.  Akhirnya saya memutuskan sebisa mungkin untuk tidak curhat, ya, paling kalau curhat pun, curhat yang sekedar gitu aja lebih ke berbagi cerita, kalau yang lebih pribadi dan saya merasa tidak perlu untuk dibagikan ya akan saya simpan sendiri. Saya tidak pernah memaksa orang lain untuk mau cerita tentang masalahnya pada saya, tapi saya sebisa mungkin selalu menyiapkan telinga saya untuk mendengarkan curhatan mereka. Jadi, saya pun bukan tipikal orang yang senang kalau dipaksa untuk cerita, karena saya akan cerita pada waktunya, kok. :p
Saya tidak melarang kamu--yang kebetulan baca postingan ini--untuk curhat kok, tapi ada baiknya pikirkan berkali-kali kalau mau posting sesuatu di media sosial, curhatan salah satunya. Karena media sosial ini kan isinya random people ya, dengan berbagai macam latar belakang, karakter, sifat yang berbeda-beda. Jadi, respon antara satu orang dengan yang lainnya bakal beda. Mungkin ada yang emang bener-bener peduli, ada juga yang malah risih kalau baca curhatan galau mulu di media sosial. Kalau mau curhat ya ada baiknya langsung aja ke orang, tapi jangan sering-sering juga. Kasian, mereka juga pasti punya masalah sendiri, jadi jangan dibebani juga.
Sebetulnya sampai sekarang pun, saya adalah orang dengan rasa ingin tahu yang besar, seringnya saya memang senang jika punya teman (dan sahabat) untuk berbagi cerita. Tanyain deh, mereka yang masih sering saya rusuhin baik lewat langsung maupun PM (Personal Message) untuk ditanyain hal-hal apapun dari saya. Hahahaha.
Oh iya, mungkin mereka nggak akan baca, tapi nggak apa-apa. Saya akan tetap tulis ini; Untuk kalian yang selalu menjadi pendengar yang baik untuk saya, saya nggak tau harus gimana untuk membalas semuanya, mungkin rasa terima kasih pun nggak sebanding, tapi saya tetap berterima kasih karena kalian (selalu) bersedia mendengar ketika saya bercerita, dan bersedia menjawab ketika saya bertanya. Pokoknya, terima kasih banyak!
Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

9 komentar untuk "Perkara Curhat"

  1. Aku juga dulu aktif banget di facebook. Aktif update status, aktif komentar, dan aktif update foto. Hampir setiap jam buka facebook. Tapi sekarang udah jarang banget buka facebook. Entah kenapa hawanya udah beda, hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bener banget tuh kak. Sekarang hawanya emang udah beda banget.

      Aku juga udah male buka fb sebetulnya. Jadi buka fb pun sekedar main game, nyari-nyari resep sama info aja. Hahaha

      Hapus
  2. Pada akhirnya saya menyadari bahwa mereka (baca: teman maya) itu hanya membaca, bahkan sebagian menertawakan keadaan kita. Jadi ingat kata seorang penyanyi yang bilang, "tell them to someone who listens (Adhitya Sofyan). Meskipun kita adalah seorang introvert (aku juga introvert loh), kita tetep butuh orang lain di dunia nyata. Satu saja sudah cukup, daripada tidak sama sekali :)
    Pernah ngalamin soalnya mbak :') hikshiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, gimana ya, kalau bisa sih jangan 'ngumbar' aib pribadi gitu. Jadi ya, kalau bisa terlihat baik-baik saja. Mana tau kan, kalau misal ada yang nggak suka sama kita, mereka pasti seneng ngelihat kita jatuh.

      Bener banget tuh. Kuantitas tidak menentukan yang penting kualitas hahaha

      Hapus
  3. Sekarang gantian gue yang berkaca-kaca baca postingan lu ini, Mit. Ternyata kita bener-bener sama yah, hahaha. Gue dulu kayak gitu juga. Suka curhat ke media sosial. Ga tau sejak kapan, tapi sekarang udah berhenti. Paling kalau lagi frustrasi banget, gue kebablasan.

    Soal quote dari orang itu, jarang banget sih nemu orang yang bener-bener peduli kalau bukan keluarga sendiri. Sahabat aja suka cuek gitu. Dan mungkin satu-satunya curhat terbaik itu ke Tuhan aja kali yah. Cuz sekarang ini gue lagi bete sama sesama manusia. Males aja curhat lagi. Lebih baik lampiasin aja ke buku harian gue. Atau bawa dalam doa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ((Bete sama sesama manusia)) XD

      Gue juga dulu pernah ngalamin itu hahahha


      Wah, buku harian! Omong-omong, gue udah lama nggak punya buku harian lagi hahaha terakhir SMP apa ya. Dulu sih, terapi banget punya buku harian yang utuh tuh. Sekarang ya, gue nggak punya buku harian yang beneran. Paling kalau mau curhat, ambil buku apa aja yang bisa ditulis hahaha yang pasti bukan buku kuliah sih XD

      Iya, curhat ke Tuhan emang paling indah, tapi kadang gue ngerasa terlalu malu sama Tuhan. Kesannya gue--sebagai manusia dateng cuma kalo ada butuhnya aja, kadang tanpa sadar gue suka melupakan Dia, tapi Dia tidak pernah melupakan bahkan meninggalkan umat-Nya :")

      Hapus
  4. Jarang Buka Medsos Mit, Lebih enakan baca tulisan yang panjang kayak kamu gini. Poinnya dapet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahaha gitu ya? Aku juga jarang buka, paling kalo pengennya aja.
      Keseringannya sih sekarang buka chat group aja. :D

      Hapus