Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resonansi Antara Mimpi dan Kenangan

            Suatu malam, ia hadir kembali tanpa harus kuminta. Di antara kehadirannya, kutemui kehampaan pekat yang terasa saat setelahnya terpaksa kuterjaga. Seolah ia hadir hanya untuk membisikan sebait kata rindu. Di sana, ia tersenyum setulus mungkin barangkali ia hanya ingin mengabarkan padaku bahwa ia akan selalu baik-baik saja. Sebelumnya, kalau aku tidak salah mengingat dia sempat berkata bahwa ia tidak akan baik-baik saja tanpaku nyatanya? Ia telah jauh lebih baik sekarang. Ada semacam kelegaan, karena aku tahu, aku ataupun ia telah sama-sama lebih baik sekarang. Seketika, rekaman memori di otakku harus kembali memutar piringan hitam yang telah usang karena terlalu lama aku simpan rapat dalam deretan etalase yang tak pernah kukunjungi kembali. Seperti sebuah buku yang telah menemui endingnya ceritanya sendiri lalu aku tutup buku itu, dan kusimpan. Sesekali, jika aku ingin membacanya kembali maka akan kukunjungi etalase itu—tempat dimana aku menyimpan rapi semua kenanganku. Mungkinkah semesta berkonspirasi dengan alam bawah sadarku untuk sekedar mengajakku bernostalgia kembali ke masa itu? Masa dimana aku begitu percaya sekali bahwa mimpiku dan mimpimu, mimpi kita akan kita wujudkan bersama. Namun pada akhirnya, kita harus membebaskan mimpi kita masing-masing dan mengejarnya sendiri-sendiri. 

Terkadang banyak yang berubah; siang yang digantikan malam, pertemuan dan perpisahan, datang dan pergi, meninggalkan dan ditinggalkan. Lagi-lagi perkara klasik yang menjemukan. Kadang, aku bertanya-tanya pada diriku sendiri untuk apakah semua itu ada di dalam kehidupan ini? Pada akhirnya aku hanya tertawa pelan, menyadari pertanyaan bodoh paling retrorika yang aku lontarkan pada diriku sendiri. Jika kehampaan ada untuk melengkapi jiwa lemah yang berusaha tetap teguh pada apa yang ia yakini sendiri dalam hati mestinya semua itu hanya akan menjadi semacam bumbu penyedap dalam melengkapi perjalanan insan manusia. Pada akhirnya, lagi-lagi semua manusia tanpa terkecuali bebas untuk memilih pilihannya masing-masing seperti mereka yang bebas akan bermimpi apa, pun akan diwujudkan bersama siapa. Siapapun berhak memilikinya, aku pun demikian adanya. Siapa pun pasti akan tahu, betapa pun pedihnya masa lalu, betapa pun pahitnya sebuah perpisahan itu pada akhirnya tetap membawa pelajaran tersendiri bagi mereka yang merasakannya. Dan masa lalu dengan segenap hal di belakangnya, baik yang menjadi kenangan manis dan indah maupun yang menjadi luka yang (masih) mengangga takkan bisa di hapus hanya bisa untuk kita kenang sesekali. Kehidupan harus terus berjalan, seperti para pelari yang berlomba-lomba untuk sampai di garis finish. Akan banyak rintangan dan tantangan yang mesti di hadapi, masih akan ada orang-orang baru yang datang dan pergi, (pasti) masih akan ada pertemuan dan perpisahan. Kuharap, segala apapun yang terjadi mewarnai kisah kehidupan ini tiada kesia-siaan, semua pasti akan membuat bahagia hadir di antaranya karena telah memberikan pelajaran dan pengalaman baru dalam mewarnai kisah kehidupan ini. Seperti sebuah buku, kisah kehidupan ini pun (masih) belum mencapai endingnya. Tuhan memang penulis dalam kisah-kisah insan ciptaan-Nya, tapi kita berhak menentukan sendiri jalan ceritanya masing-masing. Bukan takdir, hanya pilihan-pilihan diantara pilihan-pilihan paling terbaik yang harus kita ambil. [*]
Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

3 komentar untuk "Resonansi Antara Mimpi dan Kenangan"

  1. "BUkan takdir, hanya pilihan-pilihan di antara pilihan paling terbaik yang harus kita ambil"

    satu kata,
    indah!

    BalasHapus