Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Book Review - Delirium By Lauren Oliver



Judul : Delirium 
Mereka ingin memastikan bahwa kau takkan pernah merasakan cinta...
Penulis : Lauren Oliver 
Genre : Romance, Fantasy, Sci-fi
Penerjemah : Vici Alfanani Purnomo
Penyunting : Prisca Primasari
Penerbit : Mizan Fantasy
Tahun terbit : Cetakan I, Desember 2011
Tebal : 551 Halaman

Blurb : 
Dunia yang dihuni Lena Haloway adalah dunia tanpa cinta. Cinta adalah sebuah dosa besar. 

Sastra dan puisi masuk dalam "Kompilasi Lengkap Kata-kata dan Ide-ide berbahaya."

Penikmat musik dijebloskan ke penjara. 

Tertawa bahagia dianggap melanggar aturan. 

Suami-istri, ibu-anak, kakak-beradik, hanya sebuah ikatan tanpa kasih sayang. 

Binatang. Orang yang jatuh cinta dianggap binatang.

Lena pun demikian, ketika jatuh cinta kepada Alex Sheates.

Mereka hidup dalam rasa takut hebat, dan hanya menunggu waktu hingga mereka menanggung hukuman.
***
Bagaimana rasanya jika kamu hidup dan tinggal dalam 'tembok besar' kota yang dihantui oleh  Amor Deliria Nervosa. Sesuatu yang dianggap penyakit yang 'berbahaya'. Adalah Lena yang hidup dalam belengu ketakutan akan penyakit itu. Usianya 16 tahun memang, tapi jangan kira dia akan bernasip sama seperti remaja seusianya. Tak ada laki-laki. Bahkan bersentuhan dengan laki-lakipun dianggap melangkahi sebuah aturan. Pikirannya selalu ter-doktrin dan ketakutan demi ketakutan menghantuinya. Untuk keamanan dirinya dan keselamatan dirinya, Lena harus menjalani prosedur di Sebuah Laboratorium pemerintah. Ia begitu bersemangat, bahkan merasa bahwa prodesur dapat menyelamatkan hidupnya dan membuatnya merasa aman serta bahagia. Demi kebahagiaannya. Lena mempunyai sahabat karib bernama Hana yang selalu tertarik dengan pembahasan mengenai pemberontakan, simpatisan dan para invalid. Hingga suatu ketika Lena bertemu dengan Alex, sosok laki-laki yang membuatnya terjangkit Amor Deliria Nervosa. Dan pada saat itu Lena baru sadar bagaimana 'indah'-nya penyakit yang bahkan selama ini selalu menghantui hidupnya dan membuatnya merasa takut.

Saya tidak akan menjelaskan rinci apa yang terjadi dalam buku ini ya, karena akan jadi spoiler nantinya x))
Buku ini adalah bukan buku yang langsung tamat, tapi nyatanya ada sekuelnya. Buku yang saya beli dengan tidak sengaja saat seseorang menjual koleksi pribadinya secara sepaket. Awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan buku ini, jujur saja. Buku setebal 500 halaman ini udah bikin saya males duluan. Ya, tapi setelah nggak sengaja baca beberapa update-an orang mengenai buku ini jadi penasaran juga. Alur cerita ini awalnya berjalan lambat. Bahkan sangat lambat, saya bosan. Sangat bosan malah. Saya malah nggak menaruh respect sama sekali dengan Lena. Aneh, padahal tokoh Lena disini diceritakan sangat menyedihkan. Hidupnya selalu penuh dengan ketakutan dan dihantui mimpi-mimpi buruk tentang Ibunya. Buku ini memakai sudut pandang orang pertama. Hmm, beberapa kali saya malah merasa buku ini sama seperti The Fault In Our Stars, dari gaya berceritanya, tokohnya yang sama-sama remaja perempuan yang menyedihkan kemudian bertemu dengan seorang laki-laki yang  dapat merubah hidupnya. Tapi tunggu dulu, semakin saya baca semakin saya resapi jelas buku Delirium ini tidak sama seperti TFIOS. Setelah 100 Halaman kesana saya baru menemukan greget ceritanya. Dan ya, saya amat menyesal kenapa harus pertengahan cerita hingga Ending justru saya baru merasa jatuh cinta pada buku ini. Di lembar-lembar terakhir buku ini berhasil membuat mata saya berkaca-kaca. Kisah Lena dan Alex ini bisa dibilang kisah biasa aja, kisah cinta remaja pada umumnya. Tapi ada hal-hal tertentu yang membuat mereka sama-sama lebih dewasa daripada diri mereka. Dan ya, saya mulai menyukai Lena pasca pertemuannya dengan Alex. Lena seperti mendapat sebuah suntikan keberanian yang luar biasa sejak mengenal Alex. Dari gadis peragu yang penuh ketakutan menjelma menjadi sosok yang berani nyaris tak takut mati. Gaya bercerita Lauren asik, saya menikmatinya. Apalagi dibagian antara Lena dan Hana, Lena dan Alex serta Lena dan Grace--sepupunya. Saya juga suka kalimat-kalimat yang diselipkan di bagian pembuka di tiap bab-nya. Intinya, saya  suka banget sama Alex, entah kenapa. Apalagi ada dialog antara Lena dan Alex yang sedikit bikin ketawa pas bacanya ketika mereka lagi romantis-romantisnya eh, malah ngomong gini :D

Aku tahu Alex senang. Senyum dalam suaranya tumbuh semakin jelas. "Semuanya tampak seperti rongsokan," Katanya. "Tapi, kau harus mengakui kalau pemandangan disini maut." (Hal. 354)

Ohya, untuk cover terjemahnya agak 'apa banget' ya, saya kurang suka. Saya lebih suka cover versi lain yang paling kanan, kesannya lebih mendalam. Entah kenapa :D 



Beberapa penghargaan untuk buku ini yang tercatat pada covernya adalah New York Times Bestseller, Amazon Best Book of the Month in Febuary 2011, The nomination of 2011 Goodreads Choice Awards, Akan difilmkan oleh Fox 200

Untuk kalimat yang terakhir, semoga saja benar. Rasanya saya ingin menonton buku ini dalam bentuk visualisainya di film :))

Beberapa kalimat favorite saya dalam buku Delirium ini : 

"Masa lalu hanya akan menyeretmu ke belakang dan ke bawah, membuatmu mendengar bisikan angin dan pohon-pohon yang bergesekan, membuatmu mencoba menguraikan kode-kode dan mengumpulkan sesuatu yang sudah rusak. Itu sia-sia. Masa lalu tak lebih daripada sebuah beban yang akan membebani hidupmu seperti batu." (Hal. 217)

"Perasaan takkan abadi selamanya. Waktu takkan menunggu manusia, tapi kemajuan menunggu manusia untuk menggerakannya." (Hal. 230)

"Cinta: satu kata, suatu hal yang tipis, sebuah kata yang tak lebih panjang daripada sebuah garis. Itulah cinta: sebuah garis, sebilah pisau cukur. Dia menelusuri pusat kehidupanmu, memotong semuanya menjadi dua. Sebelum dan sesudah. Seluruh dunia terbelah jatuh kedalam sebuah sisi. 

Sebelum dan sesudah--dan diantara itu, momen yang tak lebih besar atau lebih panjang daripada sebuah garis." (Hal. 357)

"Bodohnya kita yang begitu ceroboh dengan waktu yang kita punya, dan percaya kita masih punya banyak waktu." (Hal. 382)

"Kurasa itulah hal yang harus dilakukan ketika mencintai seseorang: Kau harus menyerahkan segalanya. Terkadang, kau bahkan harus melepaskan mereka." (Hal. 445)

"Aku tahu bahwa inti kehidupan ini hanya satu: menemukan hal-hal yang berharga dan penting bagimu, mempertahankannya, berjuang demi hal itu dan takkan pernah melepaskannya." (Hal. 450)

"Udara segar terpompa masuk dan keluar paru-paruku, sakit, tetapi rasa sakit yang indah: nyeri yang mengingatkanmu betapa menakjubkannya bernapas." (Hal. 455)

Nggak perlu waktu untuk mikir lama, saya menyematkan 4 bintang dari 5 bintang untuk buku ini. Modal yang bagus untuk buku sekuelnya :))


Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

2 komentar untuk "Book Review - Delirium By Lauren Oliver"

  1. "Kemajuan menunggu manusia untuk menyegerakannya" like this sentence. Oh iya aku juga pengen baca buku ini hehehe btw, aku suka cover yang kanan juga ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menggerakan fret bukan menyegarkan :p

      Hahahaha sama, lebih kerasa feelnya kan? lagipula kompoisis warnanya juga pas ^_^

      Hapus