Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jadul-jadul keladi ( "Don't judge book from the cover")

 "Don't judge book from the cover"
 
yang artinya buanglah sampah pada tempatnya hahaha *becanda* nah jangan melihat buku hanya dari covernya aja.. cover boleh jadul tapi isinya sesuatu banget deh hahaha
yaap ini dia si jadul-jadul keladi Max Havelaar karya Multatuli 

Kali ini gue mau ngebahas tentang buku yang pernah gue baca yaap buku yang lumayan jadul sih *eits jangan salah meski jadul tapi isinya masih kweren bangeeet kali hahahaha
 silahkan simak dengan baik-baik apa yang bakal gue bahas disini...

Langsung aja cekibrot -->



Sekilas tentang buku Max Havelaar


gambar dari wikipedia


Max Havelaar

Penulis : Multatuli
Judul asli Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij Penerjemah HB Jassin
Bahasa Bahasa Belanda
Bahasa Indonesia (1972) Genre Novel Penerbit Tanggal terbit 1860 (Hindia-Belanda)
1972 (Bahasa Indonesia)

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai karena untuk pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar bercerita tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya besar yang diakui sebagai bagian dari karya sastra dunia. Di salah satu bagiannya memuat drama tentang Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.
Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.
Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang untuk tinggal di Belanda selama satu tahun.


Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sebagai bagian dari kemitraan antara Belanda-Indonesia. Namun film Max Havelaar tersebut tidak diperbolehkan untuk ditayangkan di Indonesia sampai tahun 1987.

sumber gambar : google



Buku Max Havelaar yang gue punya dan pernah gue baca


Sedikit tentang buku Max Havelaar

MULTATULI mempunyai arti yang khusus bagi Indonesia. Ia bertugas di Hindia Belanda pada pertengahan abad ke-19, menyaksikan penderitaan, pemerasan, dan penindasan terhadap bangsa Indonesia; lalu menggugat yang berwajib dan membongkar segala kejahatan yang menjadi tanggung jawacnya.

Kutipan kata-kata Multatuli :

Ya, aku mau dibaca! Aku mau dibaca oleh negarawan-negarawan yang berkewajiban memperhatikan tanda-tanda zaman; -- oleh sastrawan-sastrawan yang juga harus memabaca buku itu yang banyak dijelek-jelekan orang…..; -- oleh anggota-anggota perwakilan rakyat yang harus mengetahui apa yang bergolak dalam kerajaan besar diseberang lautan, yang adalah sebagian dari keraan Belanda…. Maka akan kuterjemahkan bukuku dalam Bahasa Melayu, Jawa, Sunda, Alifuru, Bugis, Batak….

Kata pengantar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Mashuri (11 Pebuari 1972) :

Kemudian, baik pula didengar, kata-kata Multatuli, sebagaimana diucapkan dihadapan sebah (Persidangan) di Lebak pada bulan Januari 1856, sebagai berikut : “Sebab kita bersuka-cita bukan karena memotong padi, kita bersuka cita karena memotong padi yang kita tanam.”
Ucapan Multatuli berlaku hingga hari ini……
Sebuah buku yang perlu dibaca!



Menurut gue pribadi yang udah baca bukunya , buku ini emang bagus banget loh.. didalamnya banyak banget nila-nilai moral yang bisa di ambil, terus juga ada gambaran-gambaran tentang ketidak-adilan demi ketidak-adilan yang dialami oleh kaum bumi putera semasa diberlakukannya system “TanamPaksa” , didalam buku ini juga mengisahkan tentang bagaimana perjuangan Multatuli mengungkap kebenaran demi kebenaran yang dia temukan.

Buku ini bisa juga dibilang buku sejarah loh soalnya sarat akan nilai-nilai sejarah khususnya sejarah Negara Indonesia pada masa penjajahan Belanda dulu . selain itu, Multatuli juga membahas tentang kisah cinta Saijah dan Adinda, kaum bumi putera
Karena buku ini tergolong sebagai buku “jadul” , jujur gue memang sedikit merasa kesulitan untuk membaca dan memahaminya karena bahasa yang digunakan masih-lah memakai bahasa Indonesia pada tempo dulu. Over all Buku ini patut dibaca !


Multatuli aja yang sejatinya berkebangsaan bukan dari Indonesia tergerak hatinya untuk perduli terhadap nasib rakyat jelata , masa iya Kita sebagai Rakyat Indonesia ga perduli sama nasib saudara-saudara kita yang diluaran yang masih banyak terjajah oleh kemiskinan

Bagaimanakah menurut Anda?




sumber tulisan : wikipedia, google dan buku Max Havelaar punya gue


Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

20 komentar untuk "Jadul-jadul keladi ( "Don't judge book from the cover")"

  1. jugje itu artinya apaan? -_-"

    BalasHapus
  2. oalah, ga kebayang gimaneh rasa nya kalo gua idup di jaman penjajahan. penderitaan sepanjang hidup, -_-"

    BalasHapus
  3. owh jadi membudayakan membaca yak
    waw bagus banget tuh :D

    BalasHapus
  4. @aayiik : maaap qaqa aku salah nulis harusnya judge hihi :D

    @mukmin : yaaap bener banget haha bersyukurlah sekarang kita ga harus megang2 bambu runcing dan berlarian ketakuatan sana sini lagi karena dijajah --"

    @naspard : bisa juga dibilang begitu hahahaha

    BalasHapus
  5. Aku suka sejarah... hhhm mengingat tanam paksa yang menyiksa rakyat pribumi di masa lalu :O

    Sejarah itu akan berulang, hal yang terjadi di masa lalu akan terjadi di masa kini... Makanya aku suka sejarah, jadi bisa bikin kita punya antisipasi yang tepat B)

    nice posting sayang..

    BalasHapus
  6. @funny : iya bener banget teh, meski jujur aku ga terlalu suka sejarah tapi aku suka banget buku dan buku ini bener-bener bikin aku tertarik banget buat ngebacanya (mengingat saat itu ada tugas b.indo tentang resensi buku haha) .. makasih teteh ku :D

    BalasHapus
  7. belum pernah baca sih , tapi menarik kayaknya :3

    BalasHapus
  8. kepengen baca bukunyaaa... #penasaran.. :/
    terbayang kembali ke masa lalu.. :D

    BalasHapus
  9. @muhammad Hidayat : silakan dibaca gan :D
    tapi berhubung ini buku jadul engga tau deh ya masih beredar dipasaran atau engga hehe

    BalasHapus
  10. bersuka cita karena memotong padi yang kita tanam :D
    semacam kalimat kebebasan gitu ya wkwk

    BalasHapus
  11. pantesan gue radak asing hehe :)

    BalasHapus
  12. wah seperti nya pecinta sejarah nih..salam kenla..nice post saya jadi nambah ilmu..keep writing yah..ditunggu postingan yg lain.

    BalasHapus
  13. aih buku max havelaar, mau baca nih, tapi nyari buku-nya ga ketemu-ketemuu *guling-guling*

    BalasHapus
  14. Belinya dimana ya kira-kira? *terbang ke Pasar Senen*

    Hmm, apa yang dilakukan Multatuli adalah berasal dari hati beliau. Jadi walaupun kita punya nasionalisme yang tinggi tapi hati kita tidak peka, maka kita masih saja buta akan sekitar kita u_u

    BalasHapus
  15. @erlangga : ayoo ayoo baca....:D

    @ayik : iya ka ngahahhaaha maap yee :p

    @mutmainah taufik : yap kurang lebih seperti itu, ada makna terselubung dibalik itu semua ayeey :D

    @arief soottaaa : silahkan dibaca :D

    @meutia rahma : sebnernya jujur aku ga terlalu suka sejarah tapi lewat buku ini yg apik bgt menggabungkan sastra dengan sejarah , dan ternyata aku suka :D
    makasih makasih :)

    @meutia : nyarinya dimana ? jangan di toko material atuh :p hihihihi


    @stevanus : ditanah abang kali ada :p hahha

    iya sih emang, kalo bukan tergerak dari hati susah juga sih yah -__-"

    BalasHapus
  16. wah,, kalo baca buku jaman dulu, terasa kebawa ke jaman penjajahn, haha

    Salam blogging ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya emang gitu, seru juga sih yah :)
      salam blogging :D

      Hapus
  17. ini kan yang sering dibicarakan di pelajaran sejarah dulu

    BalasHapus
  18. iya multatuli atau dowes dekker :)

    BalasHapus